10 Agstus 2015
Pengalaman pertama naik kereta... Sambil bawa anak kucing.
Nemu. Kesian. Gak tega. Iba.. Hati pun langsung meleleh melihat anak kucing sebatang kara usia 1 bulanan yang terdampar di parkiran stasiun Klender dimana banyak makhluk2 besar beroda 4 hilir mudik.
Iyaa, aku tau, udah pernah diultimatum untuk gak bawa2 segala macam bentuk kucing lagi ke rumah, karena di rumah udah ada 5 ekor makhluk berbulu itu.
Tapi tapi.. Namanya juga kepepet. Gak bisaaa laah aku tutup mata begitu aja, pura2 gak lihat, pura2 gak tau. Sementara anak bayi itu memandang dengan tatapan, "Ayooo maaak.. Masa gak kesian? 😭😭😭"
Aku tau, tambah kucing artinya nambah pengeluaran lagi. Artinya harus kerja lebih keras lagi. Gak papaaa.. Beneran gak papa.. daripada anak gak berdosa itu tewas mengenaskan di sana..
Kalo ada yang belum tau, dari stasiun Klender menuju stasiun Kranji itu kira2 15 menit. Melewati 4 stasiun. Dan di jam2 padat pulang kerja biasanya kereta akan penuh sesak dan sempit2an. Boro2 dapat tempat duduk. Bisa berdiri dengan baik gak dipepet2 aja udah syukur alhamdulillah.
Jadi bisa kebayang kan, berdiri mepet2an sambil bawa anak kucing yang gelisah di dalam tas ngeong2 panik itu rasanya kekmanaa? Stressss karena takut ketauan petugas kereta. 😓😓😓
Soalnya di kereta ada tempelan stiker dengan gambar anjing dicoret dan di bawahnya ada tulisan DILARANG MEMBAWA HEWAN. Mungkin aku gak bakalan stress kalo seandainya 1 gerbong itu isinya catlovers semua yang pasti mendukung aksi aku.
Tapi sayangnya, aku denger bisik2 di belakang, suara2 jijik ciwi2 yang mungkin alergi dengan kucing.
Yaa aku maklum kok, tapi monmaap lahir bathin, ini kepaksa... Mo kekmana laahh...
Maaf ya mbaaakk, buukk, tanteee, (karena aku masuk di gerbong khusus perempuan, aku bisa pastikan yang bisik2 negatif itu pasti dari cewek2 yang tingkat kebersihan jiwa raganya luar biasa steril).. Mohon untuk sekali ini aja, lihat anak kucing yang bau ini dengan hati nurani.
Beruntungnya akuuu, pas di sebelahku ada ibu2 yang super pengertian. Ibu2 ini ikut membantu aku ngelus2 kepala si anak kucing yang ada di dalam tas, supaya diam. Sambil cerita kalau dia dulu pernah bawa anak anjing terlantar juga dari stasiun Senen. Naik kereta juga. Wow. Keren deh ibu..
Walau sudah dapat dukungan, aku tetap berdoa di dalam hati supaya kereta ini dipercepat sampainya. Dan syukurlaah, akhirnya aku sampai juga.
Berhubung pengen cepat, aku nyambung naik ojek. Daripada naik angkot lagi, takut ketemu mbak2 super steril tadi lagi..
Mampir di pet shop, aku beli makanan bayi darurat. Whiskas wet dan susu kucing.
Sampai di rumah, aku bersihin kandang bekas Pikiliyungmibe yang udah gak jelas bentuk dan kondisinya karena gak pernah dihuni. Aku kasih susu, kasih whiskas, si bayi makan dan minum dengan lahap. Syukurlah dia suka.
Mungkin karena kelelahan mengeong, si bayi langsung tidur pules di dalam kardus yang udah aku alas handuk bekas. Mudah2an anak ini sehat. Mudah2an anak ini betah. Mudah2an aku diberi kemudahan membesarkan anak ini.
Dan seperti biasa, setiap kucing yang aku pungut, aku kasih nama. Biasanya tercetus begitu saja. Nama pertama yang keluar dari mulut aku adalah Bety. Belang tiga. .
Well.. welcome home, Bety.
Selamat beradaptasi dengan kakak dan abang2 yang super jahil.
You'll gonna be better here with me..